Ini kumpulan beberapa pengalaman yang sedikit banyak berkaitan degan rasa nasionalisme aku. Untungnya dulu, aku punya kebiasaan nulis buku diary. Jadi bertahun-tahun lewat juga, kita masih bisa belajar dari pengalaman silam berkat buku diary. Sekarang sih, udah gak jaman diary kali ya, udah ganti sama Blog!
Bertahun-tahun lampau, saat berkesempatan belajar di Negeri Sakura, di kota Tokyo, aku punya kesempatan bergaul teman-teman dari berbagai Negara.Ada yang dari Korea, Cina, Taiwan, Hongkong, Malaysia, German, Perancis, Thai, dan Amrik. Tentu aja dari Jepang juga dong. Yang kebetulan akrab dengan aku dan pipoy, sahabatku dari UI juga, adalah Flo mahasiswi asal Bourdeaux, France. Kita satu asrama, dank arena satu kelas juga, kita jadi sering melewatkan waktu bersama.
Nah yang seringkali menarik adalah antusiasme aku ketika menghadapi atau melihat segala sesuatu yang menurut aku luar biasa. Misalnya, saat melihat Tokyo Eki (Station Tokyo) yang gede dan bagus. Aku yang selalu mengagumi suasana di Tokyo Eki selalu diketawain sama Flo. Menurut dia, stasiun itu sama sekali biasa. Gak canggih, gak keren. Biasa bgt.
Apalagi kalo liat Shinkansen, Kereta Peluru, karena kecepatannya menyamai peluru, 500km/jam bo! Eh bener ga ya? Pokoke, kereta itu cepet bgt deh. Silakan Tanya sama Om Google. Dengan bentukmoncong yang cantik dan gayanya yang anggun, sumpeh akusampe menganga kalo melihat kereta itu.
Dan reaksi Flo? “ Ah itu sih biasa, kita juga punya tuh di France!!”
Masalahnya kan, kita belum punya tuh di Indonesia, dan lagi emang itu kereta cantik dan keren bgt sih.
Pernah lagi dalam kesempatan mengunjungi Museum Nasional. Seperti umumnya museum nasional di kota-kota besar, di Negara maju. Museum Nasional Tokyo yang kami kunjungi bersama teman2 kampus ini, juga sangat besar, canggih, lengkap, bersih, keren abisss deh. Aku terkagum2. Dikit-dikit ngomong “Sugoi ne” (hebat ya). Eh malah dikomentarin sama temen dari amrik “memang koleksinya lengkap sih, tapi biasa kan? Namanya juga museum nasional, ya udah seharusnya dong besar dan lengkap??” Ngomongnya datar-datar aja tuh.
Iya juga sih, masalahnya kan museum nasional kita tidak (mungkin belum) secanggih dan sebagus itu. Wajar dong aku terkagum-kagum…
Suatu hari, aku dan temen2 dari Indonesia jalan ke Tokyo Tower. Keesokan harinya aku cerita ke temenku, Flo. Cerita gimana kagum dan senengnya aku ke sana. Eh dikomentarin apa sama Flo? Di bilang gini “Ah itukan tiruannya Menara Eiffel, jadi gak ada bagusnya sama sekali!”
Halah halah.
Di kampus ada anak Thailand. Aku sering kali berantem debat sama dia. Dia ngotot bilang Sepak Takraw asalnya dari Negerinya. Sementara aku keukeuh sumeukeh bahwa Sepak Takraw asalnya dari Indonesia. Konon asalnya dari Bugis ya. Jadi aku selalu insist mengatakan Sepak Takraw asalnya dari Indonesia. Nah temenku Fanny dari Hongkong yang akhirnya komentar “Emangnya penting bgt ya?asal muasal olah raga itu? Toh cuman masalah asal Negara, its not big deal kan?”
“Ya penting lah yaw, secara kan sepak takraw juga harusnya menjadi kebanggaan Indonesia dong. Kalau satu persatu diakuin Negara lain, trs apa yang bisa dibanggain lagi ya?”
Walo kalo dipikir2, Negara asal sama prestasi mana yang lebih penting? Buat apa Sepak Takraw asal Indonesia, kalo ternyata prestasi tim sepak takraw kita gak pernah kedengaran? Hehehe.
Oiya kampus Aisa univ, di Tokyo ini juga keren deh. Yang paling aku suka adalah perpustakaannya. Besar,lengkap, dan (lagi-lagi) canggih. Plus fasilitas internet juga. Maklum akhir 90an di Indonesia, Internet kan masih termasuk fasilitas mewah. Bahkan waktu itu boro-boro diUI ada fasilitas tsb.
Sedangkan di sana, semua kampus pasti adalah. Ada satu lantai yang menyediakan PC berjejer2 dan internet bisa bebas dipake kapanpun. Di sebelahnya ada ruang video dan audio. Dengan Bangku yang didesign untuk bersantai sambil nonton film. Di lobby juga tersedia beberapa PC plus internet. Begitu juga di perpustakaannya. Wah jadi bisa puas2in deh.
Sementara aku kegirangan karena bisa puas buka imel dan chating (hehe masa jahiliyah itu, aku hanya menggunakan internet untuk kedua fungsi tersebut), temenku yang lain, dari Jerman bilang "“Hah? Jadi kamu gak bisa pake internet di Negara kamu??”
Bukan gak bisa kaleeeee, jaranggggggg bgttt iya!!!
Ada lagi nih cerita lain. Di sana kan di taman-taman, di toilet, di mana aja deh, air yang keluar dari Kran, kan bisa langsung di minum. Kalo di Indonesia kan boro-boro tuh!! Jadi wajar dong kalo komentarku,” wahhh seneng ya, di sini enak banget, dari kran di taman aja, airnya bisa langsung diminum. Wuihhh canggih. Asikkkkk ya!!!”
Ms France ini lagi-lagi terkaget-kaget, “Jadi di Indonesia kita gak bisa minum air langsung dari kran?”
Kita juga sering diketawain orang seasrama, karena kita selalu aja merebus air di dapur. Hehe bawaan dari Indonesia, kalo air gak direbus, kayanya gimanaaa gitu. Kayanya gak bisa nelen air langsung dari Kran. Ini norak atau bodoh ya? Hehe.
Kalo hari ini sih, aku biasa minum air langsung dari kran di rumah, tapi itu karena pake water treatment.
Banyaklah kenorak-anku di sana. Cerita di atas hanya sebagian kecil.Tapi harusnya sih mereka, orang-orang dari Negara-negara maju itu, justru menjadi mensyukuri kehidupan mereka ya. Toh ternyata, hal-hal yang menurut mereka biasa bgt, ternyata buat aku, itu LUARR BIASAAA.
Ada lagi pengalaman ku dengan salju. Maklumlah anak Indonesia,ketemu salju yang menumpuk tebal, kebayang dong noraknya.
Kebetulan saat itu aku lagi liburan musim dingin di daerah utara jepang, namanya Pulai Hokkaido. Wuihhhh saljunya itu bisa numpuk setinggi 2 meter di atap-atap rumah loh. Jadi semua serba putihhhh sekali. Seperti cerita-cerita kartun serial HC Andrsen. Indah banget. Apalagi tipikal rumah-rumah jepang yang mungil-mungil dan kotak-kotak, ih pemandangan yang kaya mimpi deh.
Waktu itu aku tinggal di host parent di Tomamae, aku bersama Milie, pelajar asal Lyon, France. Aku baru ketemu dia liburan ini, ternyata dia titipan dari kenalan host parent aku.
Yang ada, milie sangat sangat cuek bahkan cenderung mengeluh dengan salju-salju itu. Sementara aku selalu kegirangan!!! Dia-milie- gak abis pikir, kenapa aku mau-maunya guling2an di salju. Mau-maunya pagi-pagi buta pake sekop membuang salju dari atap.
Buset, terlepas dari antusiasme aku dengan salju, itu kan udah sepantasnya dilakukan. Namanya juga lagi numpang di rumah orang, masa iya sih kita asik2 tidur bangun siang, sementara tuan rumah sibuk kerja keras menyingkirkan salju. Yang memang buat mereka, menyingkirkan salju itu pekerjaan berat. Capek dan bbbbrrrppppfff dingin!!
Milie juga selalu geleng-geleng kepala menyaksikan aku guling-gulingan di salu, sesekali makan saljunya malah! Sementara dia? Cuman berdiri2 di kamarnya dan menyaksikan aksiku dari jendela doang. Kalo aku sibuk main ski dia cuman liatin doang, atau aku main papan selunjur di salju, dia cuman duduk2 doang. Katanya sih, “Yahhh kalo salju gini doang mah, di kampung halamanku kan banyak, gak special tuh!!”
Iya sih, tapi kan di Indonesia kita cuman punya musim hujan, musim panas. Ada juga sih musim duku, musim rambutan, musim mangga, musim DBD, hehe.
Wah wah wah, aku bersyukur bgt deh jadi orang Indonesia. Saat kita punya kesempatan keluar negeri, khususnya mengunjungi Negara maju, kita jadi banyak menikmati. Banyak yang bikin kita terkejut, surprise, bikin kita norak! Banyak hal yang memperkaya pengalaman kita. Dan membuat kita jadi lebih happy!
Justru dengan kuculunan kita, dengan serba minimnya fasilitas, dengan kekurangan-kekurangan kita, eh malahan kita jauhhhhhh lebih menikmati, jauhhhh lebih cerita, dan jauhhh dari keluhan, seperti temen2ku yang kayanya ada aja yang bisa dikomplen.
Tapi mereka itu orang-orang baik loh. Aku tahu mereka sama sekali gak berniat untuk mengejek aku, atau menghina jepang sama sekali. Hanya saja, mungkin bagi mereka, di sana itu gak ada hal-hal yang menarik. Semua biasa aja, gak ada yang istimewa. Beda dengan aku dan pipoy sahabatku. Walaupun kita dari Jakarta (secara kan katanya Jakarta Kota metropolitan) tetap aja di sana aku seringkali norak kaya orang kampung masuk kota hihihi.
Suatu hari ada kesempatan wawancara dengan reporter majalah. Reporter tsb, orang jepang, bertanya “kalau kamu dikasih kesempatan untuk lahir kembali,kamu mau lahir lagi sebagai kebangsaan apa?”
Aku jawab dengan tegas “Ya orang Indonesia lagi dong!!"
Hidup Indonesia. Merdeka!
Yulia-Founder moz5 salon muslimah