Wednesday, October 29, 2008

Masalah = Sistem

Paska seminar Business Revolution 5 hari 4 malam dengan Pak Tung Desem, selalu terngiang-ngiang kalimat yang sering diucapkan beliau.

Setiap masalah adalah peluang untuk membuat SISTEM.

Wah mantap dah. Jadi kalau mau bikin sistem, yah cari-cari masalah dunks. Hehe

Sedangkan pengertian sistem itu sendiri adalah Segala sesuatu yang dilakukan berulang-ulang hasilnya tetap sama. Atau kalau pake istilah Brad Sugar :

“Save Your Self Time Energy and Money”
S-Y-S-T-E-M

Jadi sekarang, aku lagi nyari-nyari masalah nih. Hehe, bahasa kerennya mengidentifikasi masalah. Loh iya dong, kan mau praktek. Lah wong, pak Tung aja sering kelupaan bawa kunci ruangan aja, trs langsung dibikin sistem. Biar gak lupa lagi.

Nah bagi anda, yang sering ketemu masalah, apalagi di bisnis, inget-inget deh, itu adalah peluang menciptakan Sistem.

Yulia Astuti- Founder moz5 salon muslimah

Sunday, October 19, 2008

Lalu yang penting apa?


Memang benar kata-kata orang bijak. Bahwa pada saat kita mengalami masalah, bukan solusi atau jawaban2 atas masalah itu yang penting.

Lalu yang penting apa?
Yaitu, Bagaimana kita memandang masalah. Bagaimana kita mengidentifikasi masalah tsb. Bagimana pula kita mengambil sikap atas kondisi yang ada.
Mau merasa menjadi korban? Silakan. Memang ini satu sikap yang menjadi favorit kita , manusia. Merasa menjadi korban. Kita sangat nyaman sekali dengan berlindung dibalik perasaan “merasa sebagai korban”. Parahnya, kita seringkali menuntut orang lain untuk merasakan hal yang sama.
Seolah-olah itu semua akan membantu kita keluar dari masalah. Mengharapkan simpati dan empati dari orang lain. Padahal, tetap saja kita tidak akan keluar dari masalah, dan justru membuat kita semakin terjebak di dalam drama kegelapan yang kita buat sendiri.

Biasanya merasa menjadi korban juga diikuti dengan menyalahkan orang lain. Gak heran, sering kita lihat, sikap tuding menuding sepertinya menjadi salah satu agenda dalam penyelesaian masalah ya.
(kalo sempet perhatiin acara infotenmen. Isinya sebagian besar ya itu salah menyalahkan, tuding menuding, hiyyyyyyy ini kalo dalam sehari, *Bisa lebih dari 3X sehari bo’ *. Kok ya gituan dijadikan konsumsi (tontonan) sehari-hari masyarakat ya??)

Balik lagi. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan pada saat menghadapi masalah dong?

Secara aktiflah mengidentifikasi masalah. Kenapa ya bisa terjadi, apa yang sudah saya lakukan sebelumnya, hingga terjadi ini. Apa pesan dan hikmah yang bisa saya petik?

Kurleb, mempertanyakan secara proaktif. Dengan menempatkan diri kita sebagai pihak yang aktif. Bukan mempertanyakan dengan menempatkan posisi kita sebagai pihak pasif (Objek).

Nantinya, jawaban-jawaban muncul dengan sendirinya.

Yulia Astuti- Founder moz5 salon muslimah

Wednesday, October 8, 2008

Memaknai Ramadhan dan Idul Fitri (Kumpulan Jawaban)

Waktu aku kecil, setiap menjelang dan di awal ramadhan, aku sering bertanya-tanya.” Kenapa yah orang dewasa susah-susah berpuasa, menderita hanya supaya kita bisa kembali sepeti bayi yang baru lahir?”

Aku sering menyimak ceramah sebelum sholat taraweh. Ustadnya sering bilang gini “Pada hari idul fitri, bagi mereka yang melaksanakan ibadah puasa dengan benar dan diterima oleh Allah SWT, maka kita seperti bayi yang baru dilahirkan, kembali suci.

Aku yang saat itu menyimak hanyalah anak kecil (6-7 tahun) yang selalu ingin cepat besar, cepat dewasa, supaya bisa bebas berbuat apa-apa.

Dan yang juga sering menambah kebingunganku, aku sering mendengar ibu-ibu menimang bayinya dengan bersenandung “cepat besar ya nak, cepat gede, cepat pintar.” Padahal kalo kita jadi orang gede, kita pengen kaya bayi lagi (kira-kira gitu pikiran aku) .

Aduh gimana sih, lebih enak jadi bayi terus atau cepat dewasa ya?
Selalu bingung. Terutama menjelang ramadhan. Mau bertanya pada orang dewasa juga aku bingung gimana nanyanya? Dan nanya sama siapa? Kalaupun jaman 80an itu udah ada om google juga, gimana masukin keywordsnya??

Beranjak ABG, aku mulai memikirkan jawaban yang lain. Aku sedikit-sedikit mulai memahami, bahwa ungkapan bayi yang baru lahir maksute adalah supaya hati kita suci, bersih kembali. Tanpa Noda. Putih.

Berarti kaya malaikat juga dong?

Padahal katanya, waktu Adam, manusia pertama di ciptakan, semua mahluk harus bersujud. Karena derajat manusia lebih tinggi dari semua mahluk, termasuk malaikat.

Lah trus kenapa manusia yang notabene derajatnya lebih mulia dari malaikat, malah kepingin suci spt malaikat. Harusnya malaikat yang berpuasa supaya di hari raya idul fitri, mereka bisa seperti manusia.
Gak ngerti deh…

Trus kenapa juga kita harus minta maaf dan juga memaafkan? Bukannya kalo kita udah minta ampunan dari Allah, berarti dosa-dosa kita dihapuskan, termasuk kesalahan-kesalahan kita dengan orang lain.Jadi ngapain repot-repot kita bermaaf-maafan segala, kalo nantinya juga berbuat kesalahan.

Toh manusia tidak pernah luput dari kesalahan, manusia selalu berkubang dengan dosa.Bukankah kalo kita berdoa, kita dicontohkan berdoa dengan menyelipkan kalimat yang kurang lebih begini : “hambaMu yang lemah, yang selalu berlumur dosa, selalu salah”

Allah kan Maha Pengampun, jadi kalo kita minta ampunan dengan taubatan nasuha, pasti diterima deh.

Pokokna isi kepalaku rame deh. Mawut. Ini sih hanya salah satu dari sekian banyak pertanyaan-pertanyaan aku. Dari kecil gak tau kenapa, sering aja aku bertanya ini itu, banyaklah, untuk menyimpan pertanyaan-pertanyaan atau pikiran2 yang terlintas aku lumayan rajin nulis buku yang seperti buku diary. Tapi isinya lebih banyak pertanyaan, gambar2, atau puisi. Hehe.

Kembali ke topik. Seiring perjalanan usia dan perkembangan diri, jawaban-jawabanku pun selalu berubah. Gak jauh-jauh kenapa puasa, apa makna idul fitri. Kesucian macam apa?

Bertahun-tahun kemudian, akhirnya aku dapat jawaban versi yang jauh berbeda.

Bahwa dengan berpuasa, dengan melatih tubuh dan pikiran kita, menempa diri kita untuk kembali mengenal jatidiri kita. Dengan berpuasa kita berusaha melepaskan diri dari ikatan keduniawian yang selama ini selalu melekat. Melawan (mengontrol) Nafsu kita yang selama ini membuat kita “lupa” akan jati diri kita, akan spirit diri kita, akan SIAPA SESUNGGUHNYA KITA.

Kemelekatan dan kebergantungan kita akan semua hal duniawi, semakin membuat kita jauh akan hakekat hidup.

Oh No,No, I’n not trying to say bahwa kita gak butuh materi, gak perlu kehidupan dunia. Tapi kecintaan kita kepada dunia, kebergantungan kita akan kehidupan dunia inilah, yang menjauhkan kita dari Sumber Kita. Justru kita dikirim kedunia supaya kita mengenalNYA, Sang Maha Sumber. Menuju kehidupan Abadi.

Juga perasaan marah, kesal, benci, dendam, iri, dengkidan sekian banyak perasaan negatif, justru menciutkan hati kita, mengaburkan mata kalbu kita. Buramnya mata kalbu kita ini juga membuat kita semakin melupakan Sang Sumber tadi.

Nah, Itulah indahnya ramadhan, mengingatkan kita untuk menempa Ruhani dan Jasmani kita, Jiwa dan Raga kita. Melalui ibadah yang kita lakukan berikut pemaknaannya, membawa kita kepada kesadaran total. Inilah yang mengantarkan kita kembali kepada Sumber Kita, Kepada Siapa Kita Sesungguhnya.

Karena sejatinya, fitrah kita, asal kita, adalah Suci, Bersih, Indah, Cinta, Damai. Kita semua bagian dari yang MAHA SUCI, MAHA AGUNG, SUMBER DARI SEMUA SUMBER KEHIDUPAN.
Maka dari itulah makna Idul Fitri,
Makna dari indahnya Ramadhan..

Dan diawal ramadhan, kita semua bermaaf-maafan. Memohon dan meminta maaf atas kesalahan kita dengan sesama. Kegiatan yang sangat egois tetapi sangat indah.

Kenapa egois? Karena murni ini semua untuk kebaikan kita sendiri. Bahwa dengan memaafkan, kita melepaskan rasa kesal, benci, kemarahan, dan segala rasa yang menguras energi dan curahan perhatian kita. Membuat kita terjebak dalam lubang gelap beracun dan berbisa, lubang yang kita gali sendiri.

Dengan memaafkan, kita bisa lebih merdeka. Lebih bebas dalam pencucian diri,dalam perjalanan kita kembali kepada fitrah kita. Dan diakhir Ramadhan, kita juga kembali memohon dan member maaf. Ah Indahnya..

Gak heran, setiap kali ramadhan berlalu, kita segera merindukannya. Melalui ramadhan, melalui ibadah yang kita lakukan denganikhlas itulah, kita bisa kembali suci, kembali ke asal kita. Menyatu dengan dari mana kita berasal. Melepaskan kerinduan hakiki kita.

Semoga spirit of Ramadhan selalu bersemayam dalam hati kita, semoga fitrah kita juga senantiasa terjaga kesuciannya.

MINAL AIDIN WALFAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Yulia Astuti
Ps, ini sekedar sharing. Aku juga masih dalam proses pencarian dari pertanyaan-pertanyaan yang dari dulu banget menghantui. Apapun jawabannya, semoga aku bisa mengamalkannya. Karena memikirkan saja tidak cukup, mengamalkan, itulah yang menyempurnakannya :)

Sumber Gambar : Flickr.com