Monday, August 25, 2008

moz5 ada di tabloid nova

*Untuk foto2 lainnya, bisa liat<http://www.tabloidnova.com/article> atau beli aja versi cetaknya hehe*

Salon Khusus Wanita "Maaf, Kaum Adam Dilarang Masuk!"

Salon khusus wanita kini semakin mudah ditemukan di mana-mana. Bagi yang ingin merawat diri seharian pun tak perlu lagi khawatir terganggu kehadiran kaum Adam. Pintu pun dikunci rapat-rapat!

Merawat tubuh dan wajah sepertinya sudah jadi kebutuhan kaum Hawa. Untuk menciptakan kenyamanan bagi pelanggan, para pengusaha kini mulai membuka salon khusus wanita. Di kawasan Jabodetabek saja, ada beberapa salon yang bisa dipilih. Salah satunya moz5 (baca: muslimah, Red.) di Jalan Margonda Raya, Depok, yang berdiri sejak 2002. Salon milik Yulia Astuti (32) ini menawarkan perawatan badan mulai dari lulur, refleksi, hair spa, hingga totok aura.

Kejelian Yuli membidik pasar kaum muslimah ini diawali hobinya melakukan perawatan diri di salon. "Waktu itu, setiap kali pergi ke salon, bawaannya mau cepat-cepat selesai. Soalnya, khawatir ada laki-laki masuk."

Tanpa dasar pengetahuan soal salon, ibu dua anak ini kemudian memberanikan diri mendirikan salon mungil khusus muslimah. Tak disangka, sejak buka pertama kali, peminat membeludak. Yuli pun memberanikan diri memperbesar salonnya. "Saya bilang, ini salon tumbuh. Dari cuma kontrak tempat kecil, lalu diperluas, dan diperluas lagi hingga sekarang."Awalnya, hanya kaum muslimah berkerudung dan berjilbab saja yang masuk ke salon Yuli. "Tapi akhir-akhir ini, yang tidak berjilbab pun jadi pelanggan kami.

TUKANG KERJA MALAMSetiap pelanggan yang melakukan perawatan di situ, dijanjikan memperoleh kenyamanan dan keamanan. "Maksudnya, tidak ada laki-laki yang masuk saat perawatan. Kalaupun kami melakukan perbaikan gedung atau listrik, tukangnya diminta kerja malam."

Namun, bagi yang belum pernah ke moz5, sebaiknya perhatikan hari kedatangan. Pasalnya, Jumat, Sabtu, dan Minggu, salon nyaris terus penuh. Bahkan, salah satu waralabanya di kawasan Palmerah menyarankan pelanggan yang hendak lulur, spa, dan refleksi, mendaftar per telepon lebih dulu agar dapat tempat.

"Kalau hanya creambath atau gunting rambut masih bisa, sebab tempatnya terpisah. Sebenarnya, sih, tidak harus booking tempat dulu. Mungkin karena pelanggan kami tahu setiap hari-hari itu penuh, jadi mereka telepon dulu agar kebagian tempat," kata Yuli yang juga menjaring member VIP bekerjasama dengan salah satu bank. "Keuntungan jadi member, selain dapat diskon juga dapat voucher setiap bulannya."

Salon moz5 kini telah memiliki empat cabang dan empat waralaba. Harga perawatan di delapan salon itu sama, kecuali bila pelanggan mengambil paket perawatan atau dalam masa promo. "Ada selisih harga sedikit. Jadi, sebaiknya pilih perawatan paket."

KETULARAN IBU
Selain Yulia, Linda Djuwita Djalil juga membuka salon khusus perempuan, Allesa. Salon mungil berlantai dua itu berada di Jalan Benda 54 B, Kemang (Jaksel). Pertama kali memasuki ruangan salon di lantai bawah, terasa suasana rumah. Di pojok ruangan, bertengger rak buku. Ada tumpukan mainan anak serta sofa untuk pengunjung duduk menunggu giliran. Ada pula sederet baju dan tas tergantung di rak besi yang dijual dengan harga terjangkau.

Allesa tak sekadar salon, melainkan merangkap sebagai mini butik, perpustakaan, sekaligus tempat mencari teman. Konsep ini dipilih Linda yang memang hobi menjalin relasi dengan orang-orang baru yang datang di salonnya.Diungkapkan Linda, salon yang memakai nama anak semata wayangnya itu didirikan tahun 2000. "Awalnya mengontrak tak jauh dari rumah lalu tahun 2004 pindah ke sini."

Mantan wartawati ini mengaku, sejak kecil sering diminta menemani sang bunda ke salon. "Salon yang didatangi ibu saya itu nyaman seperti rumah sendiri. Pelayanannya pun seperti keluarga sendiri." Menginjak remaja, Linda ketularan hobi keluar-masuk salon untuk melakukan perawatan rambut.

KUNCI PINTU
Berbagai salon telah dicobanya, hingga akhirnya sampai pada satu kesimpulan, "Ada salon yang megah mewah, styling rambutnya gaya, menyisir rambutnya hebat, tapi suasananya tidak menyenangkan. Kapsternya teriak-teriak. Sesama kapster bergosip, sehingga didengar pelanggan. Ada pula salon yang jorok."

Dari sana, tumbuh niat Linda membuka salon. "Meski belum berjilbab, sejak dulu saya punya perasaan kurang enak setiap kali rambut saya dicuci shampoo boy. Apalagi, saat creambath, leher dan bahu saya dipijit-pijit lelaki. Lebih risih lagi jika saat creambath, di sebelah ada laki-laki, sehingga pundak saya terlihat. Saya tidak menyalahkan mereka. Namanya juga salon untuk laki-perempuan."

Meski salon yang Linda dirikan khusus untuk perempuan, ia tak membatasi tamunya harus dari golongan tertentu."Semua tamu bagi saya istimewa. Yang jelas, laki-laki tidak boleh masuk. Itu sebabnya pintu selalu kami kunci," tutur Linda yang memiliki pelanggan mulai dari pemilik warteg hingga istri mantan menteri.

"Teman-teman pengajian saya juga nyalon di sini. Mereka kemudian membawa teman-teman lainnya. Semua pelanggan saya anggap keluarga sendiri agar mereka senang dan kembali ke sini. Jangan sampai hanya sekali datang, lalu pindah ke salon lain."

SI KECIL JADI TAMU ISTIMEWA
Bukan cuma si ibu yang dirawat kecantikannya, Linda dan Yulia juga memanjakan anak para pelanggan. "Anak-anak banyak yang ingin minta rambutnya di-spa atau dirawat kukunya. Ya, terpaksa saya turuti. Bisa jadi mereka ikut-ikutan ibunya atau terpengaruh gaya hidup idola mereka di televisi," kata Yulia yang mematok biaya Rp 20 ribu untuk hair spa anak-anak .

Sementara Linda yang mengusung konsep kekeluargaan, menyediakan aneka mainan anak bagi tamu yang membawa putra-putrinya. Ia tak keberatan anak-anak itu bermain dan membuat berantakan ruang salonnya. "Saya amat cinta kebersihan, tapi saya tak keberatan anak-anak tamu saya bermain di ruang salon saya," katanya.

Selain mainan, Linda juga sengaja menempatkan rak buku di salonnya. "Tujuannya supaya tamu tertarik meluangkan waktu melihat buku-buku yang mungkin tidak ada di rumahnya. Jadi, saat di-creambath jangan hanya membaca majalah wanita saja. Perempuan harus cantik luar-dalam. Punya kepandaian. Caranya? Dengan membaca buku!"

Rini Sulistyati
dari : http://www.tabloidnova.com/article

No comments: