Memang benar kata-kata orang bijak. Bahwa pada saat kita mengalami masalah, bukan solusi atau jawaban2 atas masalah itu yang penting.
Lalu yang penting apa?
Yaitu, Bagaimana kita memandang masalah. Bagaimana kita mengidentifikasi masalah tsb. Bagimana pula kita mengambil sikap atas kondisi yang ada.
Mau merasa menjadi korban? Silakan. Memang ini satu sikap yang menjadi favorit kita , manusia. Merasa menjadi korban. Kita sangat nyaman sekali dengan berlindung dibalik perasaan “merasa sebagai korban”. Parahnya, kita seringkali menuntut orang lain untuk merasakan hal yang sama.
Seolah-olah itu semua akan membantu kita keluar dari masalah. Mengharapkan simpati dan empati dari orang lain. Padahal, tetap saja kita tidak akan keluar dari masalah, dan justru membuat kita semakin terjebak di dalam drama kegelapan yang kita buat sendiri.
Biasanya merasa menjadi korban juga diikuti dengan menyalahkan orang lain. Gak heran, sering kita lihat, sikap tuding menuding sepertinya menjadi salah satu agenda dalam penyelesaian masalah ya.
(kalo sempet perhatiin acara infotenmen. Isinya sebagian besar ya itu salah menyalahkan, tuding menuding, hiyyyyyyy ini kalo dalam sehari, *Bisa lebih dari 3X sehari bo’ *. Kok ya gituan dijadikan konsumsi (tontonan) sehari-hari masyarakat ya??)
Balik lagi. Bagaimana seharusnya yang kita lakukan pada saat menghadapi masalah dong?
Secara aktiflah mengidentifikasi masalah. Kenapa ya bisa terjadi, apa yang sudah saya lakukan sebelumnya, hingga terjadi ini. Apa pesan dan hikmah yang bisa saya petik?
Kurleb, mempertanyakan secara proaktif. Dengan menempatkan diri kita sebagai pihak yang aktif. Bukan mempertanyakan dengan menempatkan posisi kita sebagai pihak pasif (Objek).
Nantinya, jawaban-jawaban muncul dengan sendirinya.
Yulia Astuti- Founder moz5 salon muslimah
No comments:
Post a Comment