Sunday, August 10, 2008

Keseharian : Kampus para orang tua


Pagi ini di Oprah, di hallmark, bicara ttg pentingnya menjelaskan perceraian kepada anak2 kita. Maksudnya, kalau orang tua bercerai, sangat penting untuk menjelaskan kondisi tsb kepada anak-anak. Bukan dengan meninggalkan mereka begitu saja. Karena tanpa adanya penjelasan, anak-anak akan semakin terluka dan parahnya menyalahkan diri mereka sendiri.


Mereka berpikir, penyebab perpisahan keduanya adalah diri mereka. Dan mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang terus memikul beban berat tsb. Oprah mengingatkan bahwa jangan pernah berpikir mereka tidak mengetahui apa-apa. Jangan pernah berpikir mereka tidak memahami apa yang terjadi. NEVER.

Bahkan ditampilkan anak usia 3 tahun, korban dari perceraian orangtuanya, yang sangat kehilangan ibunya dan terus menerus menyalahkan dirinya.

Yang berkesan dari aku pagi ini, satu hal : Jangan pernah berpikir mereka (anak-anak)tidak mengerti, dan mereka tidak merasakan apa-apa.

Hmm. Aku jadi ingat. 4 Hari yang lalu, saat aku terburu2 harus ke salon plumpang. Siang itu aku ada janji meeting jam3. Dekat sih dengan rumahku, tetapi aku tidak mau terlambat datang. Jadi aku bergegas. Kalau biasanya aku selalu pamitan dengan kiya dan melakukan ritual perpisahan. Salim tangan, cium pipi, gendong, ajak jalan2 trs kata-kata perpisahan “mama pergi sayang, baik-baik di rumah ya sayang.. “ Setidaknya butuh 10 menit.

Tapi siang itu, aku buru2. Tiada kecupan, apalagi pelukan. Kiya yangsudah menyodorkan tangannya hanya ku beri senyuman dan kissby. Untung saja, saat aku menutup pintu gerbang rumah, aku sempat menengok. Kiya yang digendong mbak Siti di teras rumah, melepaskan kepergianku dengan deraian air mata dan nangis sesenggukan, tanpa suara!!!
What???? Setengah berlari, aku kembali ke rumah, memeluknya, dan menciumnya, barulah terdengar ledakan tangisnya, HWAAAAAAAWAAAAAAAAWAAAAAAAAA!!!

Seandainya aku tidak menengok kebelakang…
Mungkin Kiya menyimpan kesedihannya hari itu sambil terus berpikir,
“Mama gak sayang sama aku, mama gak butuh aku, Aku gak penting untuk Mama…”

Terlalu berlebihan?

Engga juga. Karena faktanya, anak-anak kita, sekecil apapun mereka, ternyata mereka adalah mahluk paling sensitif di dunia. Dan, mereka memang bukan orang dewasa. Kenyataanya, kita seringkali memperlakukan mereka seolah-olah mereka adalah orang dewasa yang terjebak dalam tubuh mini mereka.
Kita lupa bahwa mereka adalah ANAK-ANAK. Mereka anak-anak yang (memandang) menjalani kehidupan ini dengan begitu sederhana. Dan karena kehidupannya adalah dunia kecilnya bersama kita, orangtuanya, maka, sekecil apapun tindakan orang tua, tentunya sangat mempengaruhi perasaan dan cara berpikir mereka. Juga perkembangan mereka.

Diperjalanan menuju salon, aku jadi malu hati sendiri. Segitu buru-burunya sampai merasa tidak ada waktu melakukan ritual perpisahan hanya karena aku berpikir, “Alaaah Cuma peluk cium ini, setiap hari biasanya juga sering aku lakukan kok, lagian kiya juga pasti gak ngeh”

Aku juga langsung teringat pertanyaan dari caca di suatu malam yang sudah lama berselang
“Mama, kalau nemenin aku bobo pasti sambil baca buku. Sebenernya, mama baca buku sambil nemenin aku bobo, atau nemenin aku bobo sambil baca buku???”

Bingung gak?

Dengan pertanyaannya, caca berusaha mencari tahu, mana yang lebih penting, dirinya atau buku2 yang selalu aku baca saat menemani dia tertidur?

Bagi kita orang dewasa (dan orang tua) Tentu jawabannya jelas sekali. Tetapi bagi mereka anak-anak itu?? (Faktanya) Mereka senantiasa mencari tahu, sebesar apa cinta dan kasih kita kepada mereka. Dan mereka butuh mendengar langsung kata-kata penguatan dan ekspresi kasih sayang kita, Orang Tuanya, secara verbal juga. Bukan dengan perbuatan saja.


Just Sharing,

Yulia- mama Caca&Kiya

No comments: