Thursday, November 29, 2007

BASAH Ohh BASAH


Ket : Dengan bbrp Boss Jepang


Aku juga pernah jadi TDB lho. Iya, pernah ngerasain kok, lama juga 6 tahun hehe. Dan diantaranya 2,5 tahun adalah masa-masa amphibi. Jadi yah masih inget banget lah masa berTDB dan AMPHIBI ria-nya.
Walau sekarang udah full TDA, sekarang kehidupanku jauh lebih baik, aku gak pernah nyesel tuh TDB, justru di TDB dulu itu aku belajar banyak bgt, terutama ttg management, quality (Control), Project Management, sampai urusan disiplin, dll. Jabatanku juga gak jelek2 amat lah, waktu resign adalah Asistant Plant Manager di sebuah Perusahaan Manufacture Jepang. Asli kerja di pabrik, hehe. Kerjanya ngapain aja? Yah semuah dikerjain lah. Mo ngecek mesin kek, mo ngecek laporan kek, mitang miting, segala macem yang urusan pabrik. Maklum Kembang Pabrik, hwahahaha. Gimana gak ngaku2 kembang pabrik di jajaran managerial pabrik, yang perempuan itu cuman aku dan seorang ibu senior bgt yang udah puluhan tahun kerja di pabrik itu. Selebihnya, co alias bapak-bapak semua. Jadilah aku salah satu diantara yang paling cantik di sana ;)

Nah, waktu itu aku satu ruangan dengan seorang expat jepang senior. Duh, Nih BigBoss super galak bo. Kerjanya seharian cuman bentak2 semua orang di pabrik sambil banting2 telpon, dan trs main games! Tapi berhubung dia Konsultan Senior dan emang pinter bgt, gak ada yang berani lah sama dia. Dibenci semua orang, tapi herannya kalo ada masalah atau ada project semua pasti akan menghadap beliau minta arahan hehe. Galak-galak gitu, begitu beliau selalu baik dan sopan dengan aku.

Perusahaan yang bergerak di produksi alat tulis ini aslinya adalah perusahaan lokal yang sudah puluhan tahun dan terkenal di indo. Kemudian awal 2000, sebagian besar kepemilikan saham dikuasai oleh perusahaan alat tulis ternama dari negeri asal selimut dagangan pak hadi hehe. Ternyata bukan saja secara struktur organisasi di level TOP MANAGEMENT aja yang mengalami perubahan, pada kultur perusahaanpun tiba2 dipaksakan harus berubah. Kondisi yang sudah puluhan tahun berjalan, harus mengalami perombakan ekstrim di sana sini. Di masa-masa inilah aku bergabung. Dan perjalanan itu di mulai...

Para Ahli dari HO Jepang sana, di datangkan, menyebar, gak cuman di management tapi juga di pabrik. Posisi-posisi strategis ditempati mereka. Nah masalahnya, mereka yang semangat untuk menjalankan TQM ala negeri Samurai sana gak liat-liat sikon dulu. Gak liat warisan Budaya Perusahaan yang sudah turun temurun :) Mau rombak-rombak aja. Yah tentunya ada friksi dong. Gak semua orang nyaman akan perubahan, apalagi pada level bawah di pabrik yang notabene secara akademis juga sangat rendah. Mu gak mau pendidikan mempengaruhi cara berfikir juga ya..

Gini deh gampangnya. Ada satu manager expat yang sangat gemar ama laporan. Semua orang di suruh bikin laporan. Gak tanggung2 laporan tertulis tiap jam!! Si operator sampai level supervisor kan gak terbiasa tuh dgn hal yang berbau2 tulisan. Lha nulis nama sendiri aja masih keriting garing. Wong Managernya aja gak ngerti ttg laporan pelaporan :) . Belum lagi harus tulis komen dan kesan pesan hari itu, hahaha khas orang jepang bgt deh. Lah orang kita?? KAGA GABRUKKK DAHHHHH. Mana gak pake sosialisasi segala lagi, pokoknya langsung turun instruksi, nah kalo ga ada yang nulis, ntar ngamuk2 deh.
Aku aja ketiban tugas bikin laporan perJam segala loh. Padhal jelas-jelas beliau bukan atasan aku.

Aku ngerti maksud serta tujuan laporan tertulis tsb sih. Agar segala sesuatu ter-record. Ada laporan tertulis. Sehingga, kalau ada troble, bisa lebih cepat diketahui sebabnya, berdasarkan laporan tersebut. Sekalian bisa untuk Cross Check. Karena kan sebenarnya dari mesin2 tsb juga bisa terlacak sih kegiatan per-jamnya.

Sedangkan dari pihak operator dan suvervisor tsb, mereka merasa laporan ini sangat sangat mengganggu kerjanya. Bikin ribet aja, pemikiran mereka. Maklum gak biasa tulis menulis kan? Mereka juga merasa dimata-matai. Merasa dicurigai.

Jadi semakin si expat ini ngamuk-ngamuk, semakin ngotot mereka untuk melawan. Belum lagi kadang2 manager lokal sendiri gak ada kerjasamanya, malah kadang ikut2an jadi provokator against expat jepang. Maklum mereka sendiri mungkin merasa posisinya terancam. Yah klise lah, tidak semua orang mengingkan perubahan. Kondisi yang sudah bertahun-tahun adalah confort zone. Pada saatnya harus berubah, semua merasa terancam. Dan yang biasanya terjadi, penolakan dan resistensi.

Kadang lagi pas ada Masalah. Pasti si pihak jepang ini melakukan investigasi, kenapa hal ini bisa terjadi. Dan pihak lapangan seringkali tidak kooperatif. Mereka justru malah menutup-nutupi keadaan yang sebenarnya. Saling melempar kesalahan. Trs parahnya omongannya tuh setiap detik berubah. OMG! Padahal si jepang ini merasa perlu menyelidiki penyebabnya, agar bisa diambil solusi. Dan juga bisa melakukan pencegahan, agar hal tsb tidak terjadi lagi dikemudian hari. Bener juga. Tapi yah itu orang kitanya gak mau disalahin, dan malah memperkeruh keadaan. Mesin gak kelar2 di betulin, produksi terhambat, dan akhirnya kena penalti. Gak dikit juga yang terpaksa dikeluarkan, alias di PHK.

Belum lagi untuk urusan Quality Control, wuihhhhhh ketat bgt bo. Aku belajar SOP QC di semua proses. Hmm gak heran deh produk jepang emang kualitasnya Pancen OYE!

Sampai pernah loh di suatu masa, di sana terjadi mogok kerja 7 kali dalam setahun. Sampe beberapa kali masuk tayangan tv swasta hehe. Malu2in yah. Kalau udah gitu, pabrik di liburin, dan dari serikat pekerja juga bawa-bawa pengacara segala loh. Pokoknya suasananya panas deh. Dan, posisiku terjepit di antara keduanya. Posisi aku sebenarnya adalah sebagai mediator ke dua belah pihak yah. Namun seringkali, posisi ku saat itu terkesan lebih memihak si jepang, antek2nya jepang hahahaha. Karena aku lebih banyak bekerja dengan mereka, teman curhat mereka juga, ngurusin mereka juga.

ADa juga yang lucu nih. Ada Expats yang super galaaaaaakkkkkk bgt. Saking galaknya, kalo mau minta tolong, atau ada kesalahan, pasti deh gak ada yang berani menghadap Oknum galak tsb. Jangankan Manager Lokal, Para Expat gitu aja takut kok. Kalau udah gitu, aku deh ketiban tugas diutus menghadap beliau Karena, ehmmm Si Oknum ini sangat manis dan sopan sekali sama aku. Mungkin karena aku perempuan, trs berjilbab pula, gak tega mo ngamuk2 ke aku ya Haha!

Wah serulah.

Dalam keseharian aku kerjapun, gak pernah tenang duduk anteng manis di kursi. Selalu tiba2 ada panggilan ke mesin injection, mesin inking, ada panggilan management meeting, production meeting, ISO meeting (ihh meeting mulu yak!) trs juga musti nyelesain laporan target, dikejar-kejar MSDS lah, halahhh semua dikerjain. Kurus kurus deh!!

Apalagi kalo lagi perang sama orang marketing hehe. Ribut-ribut dahhh. Kesannya ada dua kubu, PRODUCTION dan MARKETING. Sering kali masalahnya adalah, pihak marketing sudah merasa berupaya melakukan tugasnya, memberikan order sebesar2nya, eh produksi keteteran. Di lain waktu, produksi udah gencar, effort udah abis-abisan, eh penjualan melempem. Nah kalo udah begitu saling menyalahkan kedua belah pihak. Pihak marketing klaim, Bag Produksi gak becus bikin produk. Sebaliknya, bag Produksi klaim, Marketing gak bisa kerja!

Padahal coba kalo kita semua mau berkerja sama, saling bersinergi, tentunya akan sangat indah ya!

Belum lagi masalah disiplin. Tiba-tiba muncul peraturan, gak boleh dandan di tempat kerja! Trs muncul gak boleh makan di rruangan kerja, gak cuman di pabrik doang, di office juga. Gak boleh ini, gak boleh itu. Terlambat sepersekian detik, jatah bonus tahunan dikurangin.
Mo cuti haid aja, maaf nih ya, ybs harus menunjukkan darah haidnya di hadapan suster di klinik. Wah. Wah. Kayanya gak berperi gitu loh. Dan sering kali aku kebagian tugas untuk mensosialisasikan peraturan2 tsb.

Toh, keadaan gak selamanya buruk. Lambat laun, setelah berproses, kita semua belajar. Kita semua mulai sadar kesalahan masing-masing, dan yang indah, mau belajar dari keadaan yang sudah-sudah. Lambat laun, komunikasi mulai terbentuk, kerja juga lebih solid, semua pihak pun mau saling mendengarkan. Kadang adalah ribut-ribut, tapi itu biasalah. Dan mulai gak ada front JEPANG VS LOKAL. Gak ada lagi issue kebangsaan.

Wah dari proses ke proses itulah aku banyak sekali belajar. Yang aku yakin bgt itulah yang jadi bekal aku juga dalam berTDA sekarang. Dari saling berinteraksi, berkomunikasi, dari building sistem, building problem solution, building trust, set goals, dll. Justru pada saat ada friksi-friksi tersebut kita jadi harus super bijaksana menyikapi keadaan yah. Aku merasa aku masuk di saat yang tepat.

Para Boss itu gak sadar aja. Selagi aku tekun bekerja (eh aku rajin dan sungguh-sungguh dalam bekerja loh ;) aku juga merintis usaha, hehe. Cukup 2,5 thn saja berAmphibi. Hingga saatnya tiba, aku memutuskan resign. Terperangahlah semua. Dipikirnya aku berambisi membina karir-ku di sana kali ya? Hmm cukup sampai situ aja deh, karena aku harus memulai perjalanan yang lebih jauh lagi walau kadang, kangen dengan masa-masa TDB. Maksute kangen nerima bonus nerima kenaikan gaji, hehe. Trs juga, dulu setiap ada expat yang mudik ke jepang, aku pasti kebagian oleh-oleh. Ntah itu parfum, aksesoris, tas, kosmetik, kimono, macem2 lah. Lumayan.

Aku juga pernah sharing ttg masa-masa dulu berAmphibi ria, bisa klik http://yulia-ku.blogspot.com/2007_04_01_archive.html

btw, apa hubungannya judul dengan isi tulisan ini ya?? hehe, suka-suka ah!!

Yulia-Moz5 Salon Muslimah

1 comment:

Unknown said...

umur brp mbak? kok masih cakep y?

ehm....jadi pengen