" Maaf". Menjelang dan selama hari-hari lebaran Kata ini menjadi sangat popular. Dirangkai dengan 2 kata lagi, lahir batin. Menjadi "Maaf Lahir Batin". Bulan syawal, menjadi moment yang tepat untuk saling bermaafan. Memohon maaf dan memaafkan. Indah sekali.
Walaupun sebenarnya, kata "Maaf" sudah menjadi bagian dalam keseharian kita. Dalam sehari berkali-kali kita mengucapkan kata maaf atau mungkin mendengar kata maaf. Sepertinya, kata Maaf sudah seperti bagian dari kebiasaan kita. Ya toh, kita dikit-dikit bilang “Maaf ya”, “Eh, Sorry” “Gomen Ne” whatever lah.
Namun semoga kita semua masih bisa memaknai kata maaf dengan benar, bukan sekedar rutinitas belaka. Bukan sekedar menjadi Reflek. Saat kita menginjak kaki seseorang, saat menyadarinya, secara reflek kita segera mengeluarkan kata “MAAF” dari bibir kita. Atau saat kita tidak sengaja menyenggol orang lain. Atau di kesempatan lain “Maaf numpang tanya, jam berapa ya?” Atau pada banyak kesempatan. Saat terlambat sampai rumah, hingga janji untuk bermain bersama sang anakpun, lagi-lagi kita berujar “maaf ya sayang..”
Ada kalanya kata "Maaf" juga bisa teramat sakti. Seolah-olah atas kata tsb kita bebas melakukan apapun. Aku pernah mengalami sendiri. Saat sedang jalan di salah satu mal, aku yang sedang berbicara di hp, disenggol seorang wanita. Begitu kencang senggolannya, hp-ku sampai terjatuh, dan berantakan. Batre hp sampe berceceran. Kontan, aku kaget banget. Sambil jongkok aku memungut hp. Karena kaget banget aku ngomong sendiri “Aduh ya ampun…” Tau gak? Itu perempuan cantik yang menabrak aku, yang sudah berjalan 3-4 langkah di depanku, tiba-tiba berbalik badan dan sambil satu tangan berkacak pinggang dia berujar “Heh, mba! Saya kan sudah minta maaf, PLIS DEH!”
Sudah minta maaf so what gitu loh…
Emang dengan berkata maaf, trs rasa kaget aku sontak serta merta hilang?? Walaupun aku yakin dia bilang maaf karena reflek. Baguslah masih ada reflek sopan santun. Walau sepersekian detik setelah berkata maaf, dia tetap melanjutkan jalannya. Mengucapkan kata "Maaf" tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Meninggalkan aku yang masih terkaget-kaget, sambil berusaha memungut HP dan bagian-bagiannya yang tercecer. Aku sendiri tidak mau memperbesar masalah, tapi jadi tergelitik dengan komentarnya. Mungkin kupingnya panas, saat aku berkata “Ya ampun…!!” Padahal, sumpee itu komen karena aku kaget banget.t Tak ada kata lain yang terucap selain, "Ya ampun…!!”. Masa, karena itu, aku harus minta maaf sih?
Btw, apa arti kata maaf yang dia ucapkan?? Sakti sekali ya kata maaf jadinya. Seolah, dengan mengatakan MAAF, kita yang teraniaya*hehe* seolah-olah tidak berhak kecewa, tidak berhak menuntut lagi, bahkan sekedar berekspresi spontan…
Bagaimana pula dengan seorang teman yang selalu saja meminta maaf, tetapi lagi-lagi mengulangi kesalahan? Hingga seolah Kata "Maaf" menjadi seperti tameng? Yah tameng, karena kalimat andalannya adalah “Kan gw udah minta maaf” Dengan kata "Maaf" seolah masalah harus ditutup. Selesai. Memang ajaib yah kata "Maaf" ini. :)
Sejatinya, "Maaf" atau "Sorry", berarti penyesalan. Rasa bersalah. Ini kalau definisi kamus OXFORD-loh. Ini lebih tepat untuk kata meminta maaf ya. Berarti intinya adalah menyesal telah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Atau menyesal telah melakukan kesalahan. Namun begitu, menyesal saja tidak cukup. Maaf baru bermakna setelah disertai perbuatan atau tindakan yang menunjukkan penyesalan tersebut. Tindakan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Itulah bukti penyesalan, bukti pertanggung jawaban atas kata Maaf kita.
Berarti, pemberian maaf berarti juga memberikan kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki sikap. Memperbaiki hidup kita untuk menjadi lebih baik lagi. Kesalahan-kesalahan sudah menjadi bagian dari masalalu. Yang penting adalah bagaimana sikap kita. Apakah kita akan melakukan kesalahan yang sama lagi? Apakah kita akan terus menerus menyakiti hati orang lain? Karena seringkali, dalam banyak kasus, kata maaf bukanlah sesuatu yang ingin didapatkan.Bukan sesuatu yang ingin didengar. Sepertinya misalnya saat kita lagi-lagi melanggar janji dengan anak kita. Bukan kata maaf dari bibir kita yang diinginkan mereka. Mereka tidak butuh maaf kita. Mereka hanya ingin, hal yang sama tidak terulang lagi. Mereka ingin, kita menjadi orang yang lebih baik lagi.
Sungguh, Kata "Maaf" adalah kata yang sangat indah. Meminta maaf dan memberi maaf adalah perbuatan yang mulia, yang mengantarkan kita kepada keikhlasan. Membutuhkan keikhlasan untuk menyadari kesalahan-kesalahan. Juga membutuhkan kebesaran hati untuk memaafkan kesalahan. Untuk menyadari, tiada manusia yang sempurna.
Dan dalam keseharian, kita semua senantiasa belajar, belajar menjadi pribadi yang selalu lebih baik dan lebih baik lagi.
Yuk kita pertanggungjawabkan "Maaf" kita.
Tulisan ini tidak untuk menyindir siapapun. Karena aku pribadipun, dengan tulus memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan selama ini. Kepada teman, sahabat, papa-mama, bapak-ibu, adik-adik, caca, kiya, dan my lovely hubby…
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Yulia-Moz5 Salon Muslimah
Walaupun sebenarnya, kata "Maaf" sudah menjadi bagian dalam keseharian kita. Dalam sehari berkali-kali kita mengucapkan kata maaf atau mungkin mendengar kata maaf. Sepertinya, kata Maaf sudah seperti bagian dari kebiasaan kita. Ya toh, kita dikit-dikit bilang “Maaf ya”, “Eh, Sorry” “Gomen Ne” whatever lah.
Namun semoga kita semua masih bisa memaknai kata maaf dengan benar, bukan sekedar rutinitas belaka. Bukan sekedar menjadi Reflek. Saat kita menginjak kaki seseorang, saat menyadarinya, secara reflek kita segera mengeluarkan kata “MAAF” dari bibir kita. Atau saat kita tidak sengaja menyenggol orang lain. Atau di kesempatan lain “Maaf numpang tanya, jam berapa ya?” Atau pada banyak kesempatan. Saat terlambat sampai rumah, hingga janji untuk bermain bersama sang anakpun, lagi-lagi kita berujar “maaf ya sayang..”
Ada kalanya kata "Maaf" juga bisa teramat sakti. Seolah-olah atas kata tsb kita bebas melakukan apapun. Aku pernah mengalami sendiri. Saat sedang jalan di salah satu mal, aku yang sedang berbicara di hp, disenggol seorang wanita. Begitu kencang senggolannya, hp-ku sampai terjatuh, dan berantakan. Batre hp sampe berceceran. Kontan, aku kaget banget. Sambil jongkok aku memungut hp. Karena kaget banget aku ngomong sendiri “Aduh ya ampun…” Tau gak? Itu perempuan cantik yang menabrak aku, yang sudah berjalan 3-4 langkah di depanku, tiba-tiba berbalik badan dan sambil satu tangan berkacak pinggang dia berujar “Heh, mba! Saya kan sudah minta maaf, PLIS DEH!”
Sudah minta maaf so what gitu loh…
Emang dengan berkata maaf, trs rasa kaget aku sontak serta merta hilang?? Walaupun aku yakin dia bilang maaf karena reflek. Baguslah masih ada reflek sopan santun. Walau sepersekian detik setelah berkata maaf, dia tetap melanjutkan jalannya. Mengucapkan kata "Maaf" tanpa menoleh sedikitpun ke arahku. Meninggalkan aku yang masih terkaget-kaget, sambil berusaha memungut HP dan bagian-bagiannya yang tercecer. Aku sendiri tidak mau memperbesar masalah, tapi jadi tergelitik dengan komentarnya. Mungkin kupingnya panas, saat aku berkata “Ya ampun…!!” Padahal, sumpee itu komen karena aku kaget banget.t Tak ada kata lain yang terucap selain, "Ya ampun…!!”. Masa, karena itu, aku harus minta maaf sih?
Btw, apa arti kata maaf yang dia ucapkan?? Sakti sekali ya kata maaf jadinya. Seolah, dengan mengatakan MAAF, kita yang teraniaya*hehe* seolah-olah tidak berhak kecewa, tidak berhak menuntut lagi, bahkan sekedar berekspresi spontan…
Bagaimana pula dengan seorang teman yang selalu saja meminta maaf, tetapi lagi-lagi mengulangi kesalahan? Hingga seolah Kata "Maaf" menjadi seperti tameng? Yah tameng, karena kalimat andalannya adalah “Kan gw udah minta maaf” Dengan kata "Maaf" seolah masalah harus ditutup. Selesai. Memang ajaib yah kata "Maaf" ini. :)
Sejatinya, "Maaf" atau "Sorry", berarti penyesalan. Rasa bersalah. Ini kalau definisi kamus OXFORD-loh. Ini lebih tepat untuk kata meminta maaf ya. Berarti intinya adalah menyesal telah melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan. Atau menyesal telah melakukan kesalahan. Namun begitu, menyesal saja tidak cukup. Maaf baru bermakna setelah disertai perbuatan atau tindakan yang menunjukkan penyesalan tersebut. Tindakan untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Itulah bukti penyesalan, bukti pertanggung jawaban atas kata Maaf kita.
Berarti, pemberian maaf berarti juga memberikan kesempatan. Kesempatan untuk memperbaiki sikap. Memperbaiki hidup kita untuk menjadi lebih baik lagi. Kesalahan-kesalahan sudah menjadi bagian dari masalalu. Yang penting adalah bagaimana sikap kita. Apakah kita akan melakukan kesalahan yang sama lagi? Apakah kita akan terus menerus menyakiti hati orang lain? Karena seringkali, dalam banyak kasus, kata maaf bukanlah sesuatu yang ingin didapatkan.Bukan sesuatu yang ingin didengar. Sepertinya misalnya saat kita lagi-lagi melanggar janji dengan anak kita. Bukan kata maaf dari bibir kita yang diinginkan mereka. Mereka tidak butuh maaf kita. Mereka hanya ingin, hal yang sama tidak terulang lagi. Mereka ingin, kita menjadi orang yang lebih baik lagi.
Sungguh, Kata "Maaf" adalah kata yang sangat indah. Meminta maaf dan memberi maaf adalah perbuatan yang mulia, yang mengantarkan kita kepada keikhlasan. Membutuhkan keikhlasan untuk menyadari kesalahan-kesalahan. Juga membutuhkan kebesaran hati untuk memaafkan kesalahan. Untuk menyadari, tiada manusia yang sempurna.
Dan dalam keseharian, kita semua senantiasa belajar, belajar menjadi pribadi yang selalu lebih baik dan lebih baik lagi.
Yuk kita pertanggungjawabkan "Maaf" kita.
Tulisan ini tidak untuk menyindir siapapun. Karena aku pribadipun, dengan tulus memohon maaf yang sebesar-besarnya atas kesalahan-kesalahan selama ini. Kepada teman, sahabat, papa-mama, bapak-ibu, adik-adik, caca, kiya, dan my lovely hubby…
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN
Yulia-Moz5 Salon Muslimah
No comments:
Post a Comment