Tuesday, February 27, 2007

Kang Asep

http://seeca.blogsome.com/2007/01/04/we-are-greater-than-i-am/

baru satu kali ini, aku pergi ke subang. tak terlalu jauh dari jakarta. berangkat jam 6.30, nyampe sana jam 9 pas. ada janji wawancara, dengan Asep Sulaiman Sabanda. (thx to atta n her friend, febry, buat kontak nya )

pada even Erns&Young Enterpreneur dua bulan lalu, ia dianugerahi Young Enterpreneur of The Year 2006. “ah, itu kan kategori tambahan dari para juri. saya, bersama beberapa orang lain, ada di persaingan kategori social enterpreneurship. yang menang pak Bambang. nggak tau tuh kok ada kategori tambahan buat saya.”

Asep memang terkesan santai dan cuek. masih muda. dua minggu lagi baru ulangtahun ke 30. pembawaannya juga santei. lempeng. salah satu asistennya, malah lebih necis. lebih keliatan orang bisnis yang punya banyak kesibukan. tapi Asep tak terganggu dengan urusan pencitraan. hem lengan pendek garis-garis biru. celana panjang kelabu, yang kepanjangan. terinjak tumit diatas sandal karet abu-abu.

kantornya, di subang, head office perusahaannya, cuma rumah yang tak banyak ruang. jam sembilan pagi, para petani peternak ayam , plasma perusahaannya, sudah hilir mudik. keluar masuk membawa selembar kertas. di ruang pribadinya, tak ada poster-poster motivasi. cuma ada beberapa penghargaan yang dipajang.

cara bicaranya tertata. aku tak perlu memancing dengan banyak pertanyaan, ia tahu diri dengan bercerita panjang lebar
tapi dari awal, kentara jelas ia tipikal orang yang keras. keras kemauan tapi juga temperamental. “Juz saya itu Juz 16. surat Al-Kafii, Mariam dan Thoha. tiga suarat itu menggambarkan Nabi Musa. maka saya, mengikuti karakter Musa. Keras,”

ya, ia bercerita tanpa diminta. karakter itu, didapatkan Asep dari paduan tanggal lahir, namanya, juga orangtua. “dikasih tau orang, lah.” ia tertawa.

mirip dengan karakterisasi rasi bintang, menurut Asep, Al Qur’an mengategorikan manusia dalam karakter juz -juz yang ada. kebanyakan orang, mengenal kategori karakter dalam horoskop. ia juga tak anti. bintangnya, capricorn. kebetulan aku kenal beberapa orang capricorn. bertemu Asep, mengkonfirmasi sejumlah karakter yang biasanya aku temui.

menilik usahanya, tentu saja ia pekerja keras. persistence. tapi dia bilang, “saya nggak ngoyo,” pengalaman bisnis pertama, Asep gagal total. “berhutang banyak sekali, tapi aset cuma jeep tahun 71 seharga 4,4 juta.” waktu itu tahun 2000.

tapi aku rasa, yang namanya gagal memang bukan sebuah kepastian. gagal itu bergulir, bergerak seiring upaya. meski ia mengaku, tak punya background bisnis yang mumpuni. “saya ini lulusan pesantren, kok”

pulang berhaji, Asep mulai lagi. doanya, bukan lagi keuntungan.. tapi perniagaan yang tak merugi. evaluasinya, ia terlalu mematok target di bisnis pertama tanpa mengukur apa kekuatan dan kelemahan. pelan-pelan, berbekal dukungan orangtua, ia mulai lagi. kecil. tapi berkembang terus. “justru saat saya ikhlas atas semua upaya saya, profit itu datang sendiri,”

usaha Asep, awalnya peternakan ayam. tapi, pada kali kedua, ia menjajal sistem kemitraan. ia menggandeng para petani peternak lain yang berada di subang.

“ayam itu bisnis fluktuatif. bisa aja pas panen harga murah, atau harga tinggi. kalo pas untung, bisa profit besar dan merusak mental. saat harga drop, bisa bangkrut gak bisa ternak lagi,”

karena fluktuatif, banyak peternak ayam yang gulung tikar jika tak kuat modal. tapi dengan sistem kemitraan, mereka membentuk kekuatan. tak lagi saling sikut, karena tak berjuang sendiri-sendiri. semua menyetor pada Asep. tak pusing soal pemasaran, tak pusing soal DOC (ayam bibitan).
bisa ambil DOC dulu, bayar belakangan. yang penting, modal kandang. boleh kapasitas 1000, sampai 50 ribu.

buat Asep sendiri, sistem itu memudahkan. ia tak perlu investasi milyaran untuk sebuah kandang berkapasitas besar.
yang ia lakukan, ialah technical assistant. termasuk edukasi tekhnik pemeliharaan.
harga disepakati di awal. semua berdasar atas asas kepercayaan. tak ada kertas perjanjian bermaterai. sekadar kertas komitmen antara perusahaan inti dan petani plasma. modal kepercayaan itu, nyatanya berjalan. sekitar 80% petani peternak ayam, bermitra dengannya. kapasitas terpasang, melonjak gila-gilaan. sejak 2004, produksi delapan minggu mencapai 2,2 juta ekor ayam. bandingkan dengan tahun 2000 pada 120 ribu ayam, lantas 800 ribu pada 2003.

“saya nggak bisa ekspansi lagi. karena semua terserap. sampai sekarang, jumlah produksi stabil di sekitaran 2,2 juta itu,”

padahal, bisnis cuma punya dua pilihan. ekspansi atau berhenti. “gak ada itu istilah stagnan”

maka ia memilih ekspansi vertikal. ayam potong, juga ayam goreng. lantas tanam jagung. bahkan elba dan jati di kalimantan. “masih kecil. sekarang baru 175 ha”

tak lama, divisi usahanya tak cuma agrobisnis. meluas pada travel. ia fokus pada haji dan umroh. lalu kontraktor. membangun tower BTS, membangun perumahan hingga tambang batubara dan logging untuk produksi kertas. hingga trading. importir bahan baku pakan, sampai ekspor multiproduk ke Brunei.

ia dikritisi sebagai pebisnis yang tak fokus. tapi aku melihatnya sebagai toko kelontong yang menyediakan banyak barang, bukan distributor tunggal sebuah produk. lumagada: lu mau apa, gue ada.

“keliatannya memang menclak menclok. tapi yang sesungguhnya saya pegang, cuma sistemnya,”

sistem bisnis, bagaimanpun masalah jual beli. “semuanya hampir serupa. yang beda cuma komoditasnya. apakah itu ayam atau batubara”

saat ekspansi sebuah bisnis, ia cuma melihat, berapa yang dihasilkan dan seperti apa hitung-hitungannya. kalo ada yang expert di bidang itu, langsung jalan. ia juga lihat impactnya. apakah bisnis itu bisa besar dengan konsep kemitraan yang mutualisme, atau hanya seperti tower BTS yang pernah dibangunnya: tak berpengaruh luas pada komunitas. Asep percaya, konsep kemitraan lebih mampu bertahan. karena dalam bisnis, yang penting bukan untung besar. tapi seberapa lama bisnis itu bertahan dan menggiring orang, secara bersama, pada kesejahteraan.

maka premis We are greater than I am , menjemput kebenaran. bukan jamannya lagi menjadi manusia multitasking. apalagi yang perfeksionis dan kegatelan ingin memastikan semuanya beres. (hm… sounds familiar to me… :p ) multitasking, akan menurunkan kualitas waktu menikmati hidup, termasuk waktu keluarga. semuanya memang pilihan. dan Asep memilih menebar kepercayaan. “percayakan pada yang ahlinya. itu saja,”

tentu saja ia pernah kecolongan. ada beberapa orang teman yang khilaf. “tapi saya nggak pernah kapok, tuh. jadikan pelajaran saja untuk lebih mengasah intuisi.”

yang penting bagi Asep, partnernya satu misi satu visi, expert di bidangnya dan punya personal respect terhadap dia. selanjutnya, bismillah saja. “kalo niat kita baik, kok ya ditemukan saja tuh dengan orang-orang yang baik.” mungkin yang kerap gagal, karena memang diniatkan untuk eksploitasi.

Asep mengurus bisnis “segala ada” nya dari Desa Cidahu, Subang, Purwakarta. ia bilang, jarang nengok cabang operasionalnya di Jakarta, Bandung, Malang, juga Balikpapan. “sudah ada yang ngurus” pokoknya, sistem berjalan lancar. anak-anak jujur bekerja. ia punya satu unit tim kontrol. termasuk audit internal. karyawannya, gak lebih dari 150, karena memang nggak butuh orang banyak untuk menangani sistem. sebuah kontrak bernilai milyaran, cukup ditangani tiga orang saja: administrasi, keuangan dan purchasing. “lainnya udah masalah teknis. operasional. ya sudah, kasih saja pada yang ahli.”

Asep memang bukan orang yang ruwet. Tapi ia mau berlelah-lelah blajar di awal. memikirkan kandang ayam yang computerized. memikirkan lahan konsesi HTI yang siap pakai, untuk tumpang sari. Selanjutnya, ia percayakan pada Allah, melalui orang yang ahli.

well, We Are really GREATER than I Am. its not only about profit, or being rich together. its more about stability. then the CSR -company social responsibility- is not a separate “sexy” part of social enterpreneurship.
its inside.

2 comments:

Eka said...

Mbaaaa ,
aku kehilangan alamat blog-mu sebulan ini. Anehnya kok aku keukeuh kalo alamatnya www.yuliaku. ( tanpa tanda strip ) ...

Baru maren sore aku mengalahkan "keukeuh-ku" ... aku ubek inbox cari imel lama mb ke aku buat make sure alamatnya blognya. Eh nemu .... dan akhirnya bisa blogwalk lagi kesini.

Btw kok postingannya match ya ... aku baru maren baca posting si akang ini di tabloid Nakita, eh si mb udah ketemu langsung ma orangnya.

Hebat ya mb .. masih muda udah sukses begitu !!

Pa khabarr ???

acha_gowa said...

aku ada rencana mau pelihara ayam potong tapi ternyata di manado tuh susah cari mitra yach....ada ga agennya yang berlokasi di Manado...
thanks b4...