Wednesday, April 11, 2007

Yulia Astuti : Geluti Bisnis yang Disenangi

Melihat peluang semakin tingginya minat wanita untuk pergi ke salon, wanita muda ini rela berhenti bekerja dari salah satu perusahaan besar di Indonesia. Yulia Astuti, demikian nama lengkap wanita tersebut, kini sibuk mengurus salon khusus wanita miliknya. Dan bisnis aksesoris, sebagai pelengkap dari salonnya.
Bertempat di salon miliknya, Moz5, di Jalan Raya Plumpang No. 19A, Plumpang, Jakarta Utara, indosiar.com berkesempatan mewawancarai ibu berputri dua, yang berbusana muslimah dan selalu tampil chic itu.

- Kenapa salon Anda bernama Moz5 ?
Moz5 itu sebenarnya dari kata Muslimah. Biar terdengar funky dan gampang diingat orang, Mus saya ubah menjadi Moz dan 5 untuk kata limah. Jadilah Salon Moz5. Ciri khusus dari salon saya ini adalah melayani perawatan bagi muslimah.

- Mengapa memilih pangsa pasar muslimah ?
Di Jakarta, banyak terdapat salon, tapi bagaimana dengan salon khusus muslimah ? Kan masih jarang. Nah karena masih jarang, maka saya dan saudara saya mencoba membuka salon khusus muslimah saja. Awalnya pada tahun 2002, saya membuka Salon Moz5 di kawasan Margonda Raya No. 455, Depok, Jawa Barat. Kebetulan Margonda adalah kawasan yang sangat strategis, karena beberapa kampus terletak disana. Banyak mahasiswa dan para pekerja yang datang ke salon ini untuk melakukan perawatan. Tidak sedikit diantaranya telah menjadi pelanggan tetap.
Perkembangan Salon Moz5 di Margonda, membuat Yulia terpikir untuk memperbesar salonnya di wilayah lain. Kebetulan pula, karena rumahnya jauh dengan usaha salonnya di Margonda, maka awal tahun 2006, ia memutuskan untuk mendirikan salon cabang di kawasan Plumpang, Jakarta Utara. Lokasi yang diambil Yulia persis di Jalan Plumpang Raya No.19 A. Yang tampak sangat strategis. Selain dekat jalan raya, salonnya ini didesain dengan apik, bersih dan nyaman bagi pengunjung.

- Sebelum berbisnis salon, Anda adalah seorang wanita pekerja. Apa yang membuat Anda berani memutuskan berhenti bekerja dan menggeluti bisnis ini ?
Kalau dibilang berani tidak juga. Karena butuh waktu satu tahun, sebelum saya siap melepaskan karier yang telah saya tekuni selama 6 tahun. Ada pergolakan bathin tersendiri. Mana yang akan aku pilih, bekerja di kantor atau dirumah, menjalankan bisnisku dengan lebih tekun.
Setelah ditimbang sana, timbang sini sepertinya bisnis di salon lebih menyangkut hajat hidup banyak orang dan lebih banyak menghasilkan uang. Ditambah lagi, bisnis ini kan tidak ada yang namanya bangkrut atau rugi, masih bisa dikelola meski nanti sudah tua. Selain itu, menurut saya rasa kalau kerja di salon lebih banyak waktu untuk keluarga terutama buat anak-anak yang masih membutuhkan kasih sayang. Sayapun membulatkan tekad untuk membuka salon sendiri. Saya berpikir, salon adalah impian para wanita dan banyak keuntungan yang kita dapatkan dari usaha ini. Ibaratnya, jasa salon sudah menjadi bagian hidup wanita.

- Selain salon, Anda juga menggeluti bisnis aksesoris ?
Aksesoris bisa dikatakan pelengkap dari kecantikan wanita. Saya berpikir, bagaimana agar salon saya ini bisa menarik pengunjung ? Apa sih yang dibutuhkan wanita selain perawatan tubuh, wajah dan rambut ? Akhirnya terpikirkan untuk memasarkan pakaian muslim yang sedang trend, kerudung/jilbab dan aksesoris yang saya buat sendiri. Semaunya itu tidak terlepas dari penampilan kan ? Kebetulan sejak di sekolah menengah pertama (SMP) saya senang membuat keterampilan seperti kartu lebaran, kalung, gelang, bros dan ikat pinggang yang terbuat dari bebatuan. Namun, sempat terhenti ketika saya kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kalau sekarang ini, untuk motif aksesoris saya banyak belajar lewat buku, internet dan bazaar-bazaar atau pameran aksesoris.

- Dari mana Anda memperoleh bahan dasar untuk membuat aksesoris?
Bahan aksesoris buatan saya sebagian besar terbuat dari batu-batuan, mutiara dan bahan akrelik (bahan dari plastik) Sebagian batuan saya pesan dari seorang supleyer dan ada juga yang diimpor langsung dari Cina. Meski demikian, agar harganya terjangkau, saya mencari supleyer yang benar-benar murah. Kalung misalnya, mulai dari 25 ribu rupiah sampai 30 ribu rupiah. Satu set perhiasan seperti gelang, kalung, anting, saya menjualnya dengan harga 50 ribu rupiah. Agar pelanggan saya, selain untuk dirinya sendiri, juga bisa dijual lagi. Hitung-hitung, memberikan keuntungan buat orang lain.

- Bagaimana menghadapi persaingan bisnis aksesoris dan salon yang semakin menjamur?
Saya tetap percaya diri dan optimis setiap rejeki orang berbeda-beda tinggal bagaimana kita memasarkan produk kita ke pelanggan. Selain itu saya selalu membuat model-model terbaru. Dan jangan lupa harus tetap membina hubungan yang baik kepada pelanggan/agen (kerjasama yang fleksibel). Apalagi produk dari Cina kini sudah gila-gilaan di Indonesia. Saya juga menerapkan penjualan tidak secara eceran, melainkan dijual kembali/seller atau untuk orang yang akan dijual kembali. Saya juga sering ikut bazar-bazar dan menjualnya melalui internet.
Menurut wanita yang pernah memperoleh beasiswa sekolah ke Jepang ini, segala usaha yang telah dilakukannya tidak lepas dari dukungan orang tua, suami dan anak-anaknya. Apalagi, usaha yang digeluti wanita kelahiran 1976 ini, ada hubungannya dengan masa kecilnya. Pada waktu itu ibunya hanya memberi uang jajan sedikit sekali. Bahkan waktu sekolah dasar pun ia tidak pernah dikasih uang jajan.
Saat itu timbul dari benak saya, gimana caranya mendapatkan uang sendiri? Saya pun mencoba berjualan stiker atau gambar tempel, kartu, penyewaan komik. Uang dari jualan itu akhirnya bisa buat jajan sendiri, tanpa harus minta dari orangtua. Sewaktu SMP juga begitu, saya berjualan makanan kecil risol dan donat serta buku. Uangnya buat jajan dan nonton bareng sama teman-temannya. Ternyata enak juga punya uang sendiri..he...he...

- Apa masukan dari Anda, bagi mereka yang akan membuka usaha seperti Anda?
Bagi mereka yang ingin berbisnis, apapun bisnis itu dikerjaan di rumah atau diluar rumah, kita meski tahu bahwa yang kita kerjakan itu benar-benar kita senangi. Tidak sekedar mengikuti peluang bisnis. Namanya juga usaha, pasti ada ujian mentalnya, masalah, untung dan rugi. Pada saat kita menghadapi masalah, pasti ada jalan keluarnya. Seperti saat awal saya membuka usaha aksesoris ini, dua tahun pertama bisa dibilang rugi. Ikut-ikut ke bazar, tapi tidak ada pemasukan. Namun karena hobi, meskipun rugi tetap dijalani, mungkin itu liku-liku dalam berbisnis. Karena itu tadi, senang dan hobi. Jadi biar rugi pun tetap dijalani. Tapi alhamdulillah waktu pun berlalu dengan cepat dan semua bisa dilalui dengan penuh kesabaran. Dan kesabaran itu berbuah dengan banyaknya pelanggan yang terus berkunjung ke salon dan pemesanan aksesoris pun terus berdatangan.

Kini Yulia kecil itu sudah besar dan telah memiliki keluarga dengan 2 anak perempuan yang lucu serta usaha Salon Moz5 plus aksesoris yang sukses. Ya...kerja keras wanita berusia 30 tahun ini akhirnya membuahkan hasil, tinggal bagaimana terus menciptakan kreasi-kreasi yang baru. Yulia juga masih memiliki keinginan untuk bisa membuka cabang-cabang Salon Moz5 di daerah seperti Makassar, Bandung, Medan. Ya mungkin suatu saat.(Suprihatin/Idh, Foto : Alvin Lee)

3 comments:

ika said...

Ckckckckck... baru tau gue klo elu punya blog... cjkkckckckck.

TERAPI DAN EDUKASI ANAK KHUSUS said...

wahhh artis kita ternyata HUEBATTTTTT oiyyy ga salah aku berguru padamu mbak :0 hope alwys sukses yaaaa :)


mutia

Nisrina Bali said...

wah mba huibat deh , kenalkan saya nunung, lagi belajar jadi pengusaha mohon diajarin ya biar top kayak mba, tertarik juga mba siapa tahu kita bisa kerjasama, saya dr bali