Aku tidak gampang menyerah! Ini bukan affirmasi, tapi fakta yang harus diterima suka gak suka. (hehe narsis bgt, tapi ini kan blog gw sendiri, suka-suka dong :p).
Sejatinya, yulia kecil tumbuh menjadi anak yang sangat pendiam dan sangat pemalu. Saking pendiamnya, aku kerap disangka bisu tuli oleh para tetangga dan kerabat. Orang tuaku sendiri tidak khawatir, karena mereka tahu bgt, aku tidak spt itu. Hanya saja, aku memang sibuk dengan duniaku sendiri, tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Fisikku mungkin berada di sana, tetapi tidak dengan pikiranku. Sementara orang-orang disekitarku sibuk ngobrol, aku tetap asik menyendiri, dengan pikiran yang berkelana. Jalan pikiran yulia kecil, seolah-olah melompat dan terbang ke sana kemari. Beruntung setelah bisa menulis, aku bisa menyalurkan semua pemikiranku lewat buku harianku. Sejak itu kebiasaan menulis buku harian menjadi suatu agenda rutin untukku.
Tapi rupanya, sifat pendiam dan pemaluku yang parah itu, membuat Papa menjadi khawatir. Maka “Latihan Melawan Malu“ itu di mulai. Jadi gini. Aku diajak Papa naik kendaraan umum. Mula-mula metromini. Setelah di atas kendaraan, aku harus berdiri di depan, menghadap ke para penumpang, sambil menatap mata mereka satu persatu. Sementara Papa duduk di barisan belakang. Spt anak mau mengamen itu loh. Tapi jaman dulu, tahun 82-an, mana ada pengamen di kendaraan umum?? Setelah berhasil di metromini, maka tempat latihan pun pindah ke bis kota. Aku inget bgt bis tingkat jurusan Tj Priok-Cililitan. Aku berdiri dekat tangga ke atas, lagi-lagi harus memandang ke mata penumpang satu per satu.
Wuihhhhhh rasanya, berat bgt. Gak keruan deh. Pengen nangis, malu, kesel, campur aduk. Pengen rasanya menyerah, tapi Papa selalu bersemangat, selalu memberi dorongan "jangan menyerah yul!". Walau tidak memaksa, tapi aku yang baru berusia 6 tahun itupun, bisa merasakan bahwa Papa sangat bersemangat melatih aku. Dan aku berfikir "kalau memang ini sangat berarti untuknya, maka aku tidak mau menyerah! Aku tidak akan menyerah! Latihan ini tidak hanya sekali-dua kali loh, tapi berkali-kali. Sampai-sampai kayanya aku hafal dengan nama-nama tempat dan gedung sepanjang Tg Priok-Cililitan.
Dan akhirnya...Aku berhasil! Tidak hanya memandang mata penumpang itu satu persatu tapi aku juga berani tersenyum kepada mereka!! Bahkan aku berani menyapa 1-2 diantara mereka! Wowww untuk anak kecil yang pemalu dan super pendiam ini, itu adalah suatu kemenangan besar! Yess!! I did it!
Dan sejak itu, aku mulai berani ikut lomba ini itu, tampil ini itu, entah baca puisi, lomba pidato, menyanyi, menari, dalam berbagai kesempatan. Entah kenapa, pengalaman ini sangat sangat berkesan. Masih membekas di hati. Bukan pengalaman mengalahkan rasa malunya, tapi semangat pantang menyerah yang diajarkan Papa itulah yang sangat berpengaruh pada tahapan kehidupanku berikutnya.
Walau tetebb sifat pendiam dan pemaluku ini masih tersisa hingga hari ini. Meski bukan lagi sifat dominan. (hayooo pada percaya gak kalau aslinya aku pemalu bgt lohhhhhh).
Alhamdulillah, aku punya pengalaman masa kecil yang luar biasa bgt, yang sampai kapanpun tetap akan terkenang.
Begitupun memasuki masa remaja. Aku tetap menjadi yulia yang tidak gampang menyerah! Salah satunya adalah perjuanganku menjadi anggota club tae kwon do di sekolah, bernaung di bawah tim Kostrad, Cijantung. Meskipun awalnya sekedar ikut2an sobatku, Tricia, sekaligus melanjuti latihan Karate yang sudah aku geluti sejak SD. Namun kemudian pada akhirnya, aku menjadi satu-satunya anggota berjenis kelamin perempuan yang bertahan di sana. Tidak menjadi masalah. Meskipun latihannya berat bgt, apalagi kalau sudah masuk TC (Training Center) bisa latihan 6 kali seminggu 4-5 jam sehari, dengan tetap beraktifitas sekolah seperti biasa. latihannya juga kadang di Lapangan Koppasus, Cijantung, dengan anggota Kostrad lainnya. Seringkali latihannya bikin aku mabok, bikin aku pengen muntah2 saking beratnya, tapi lagi-lagi aku tidak mau menyerah!
Menjadi satu-satunya anggota perempuan juga tidak membuat porsi latihanku menjadi lebih ringan, karena aku tetap diberi porsi yang sama. Meskipun saat latihan aku sering memaki-maki diri sendiri, toh aku tetap datang latihan di keesokan harinya. Dan aku rutin menggunakan kaos kaki panjang saat kesekolah untuk menutupi tanda legam di sekujur kakiku (itu loh tanda biru-biru besar seperti dijilat setan kalo kata orang jaman dulu). Seringkali aku kena tendangan di muka, perut, kepala, dan bahkan bagian paling sensitif sekalipun!. Meskipun menggunakan hogo (pelindung) tetap aja tendangan nyasar adalah makanan kami sehari-hari. Aku tetap bertahan, aku tidak menyerah! Disiplin diri, kekuatan fisik dan mental, prestasi, dan masih banyak lagi hal-hal positif dan indah yang aku dapatkan di sana. Semua perjuangan berat itu tetap saja terbayar dengan apa-apa yang aku peroleh di sana.
Ada juga cerita rada konyol namun sangat berkesan. Kali ini saat aku sekolah di Jpn. Di bulan Juli, tepat di usiaku yang ke 22, aku berniat memberikan kejutan untuk teman-teman, dengan membuatkan birthday cake sendiri. Karena aku tinggal di asrama putri, dan jam operasional dapur tutup pukul 11 malam, maka aku diam-diam membuat kue cake tsb pada pukul 12 malam. Sempet ketahuan tetangga kamar, nozoki, tapi malahan dia ikutan menemaniku. Kupikir membuat cake adalah perkara yang mudah, tapi ternyata?? Hingga jam 6pagi, tak ada satupun yang berhasil aku buat. Hiks. Itupun aku terpaksa berhenti karena gak ada lagi terigu dan telor. Begadang semalaman, 6 jam lebih membuat cake, dan tampaknya segala seuatunya tidak seperti yang aku harapkan. Aku masih ingat bgt, saat cake pertama gatot, gagal total, tanpa wujud yang jelas, aku berusaha mencari-cari resep di majalah. Eh, yang kedua masih gak berhasil. Kali ini aku coba untuk pake feeling, tetap gatot. Kemudian cake ke3 aku coba dengan menggunakan resep lain yang sama sekali bukan resep cake, hehe, bisa dipastikan gatot. Cake ke 4 aku buat dengan mencoba mengingat2 resep yang dimiliki ibuku setiap kali aku membantu beliau. Tetep gagal maning! Cake ke 5 kembali ke resep yang tertera di box terigu. Gak berhasil juga. Cake ke 6 gak bisa dibuat karena kehabisan terigu dan telor. Hehe. Semangat pantang menyerah tsb menghasilkan 5 wujud yang tak karuan dan meninggalkan jejak dapur asrama yang berantakan. Alih-alih ingin menyenangkan teman-teman, aku malah mendapatkan diriku dalam keadaan kecewa!
Eh, eh, eh, ternyata, justru aku mendapat surprise party. Di kampus, diam-diam, teman-teman sudah mempersiapkan pesta ultah untukku. Lengkap dengan cake (buatan Flo) dan kue-kue berikut dengan minuman-minuman ringan. Juga Kado!!! Wowww....what a wonderful birthday!
Gimana dengan nasib cake gatot tersebut? Ternyata bisa dinikmati bersama teman-teman asrama lainnya. Nozoki yang sanggup menemaniku sampai jam 2, memberi nama cake gagal itu dengan sebutan, (terjemahan bebas dalam bahasa indo) Cake Kekerasan Hati, hahahahha. Aku inget bgt, Ko, temen dari Taiwan bilang gini : walo kue ini gak berujud dan gak jelas gini, tapi rasanya tetap enak, karena cake ini adalah cake kekerasan hati dan semangatnya Yuliachan. Hehe, aku jadi terharu. Semua lelah dan kekecewaan hilang dalam sekejap!
Selesaikan apa yang sudah mulai, suatu saat kita akan menikmati hasilnya walau mungkin dalam wujud yang berbeda.
Trs apalagi ya? Oiya ada satu lagi! Saat aku belajar main ski. Wah ini juga membutuhkan semangat pantang menyerah bo’. Dimulai, saat aku memutuskan pergi ke Hokkaido untuk kedua kalinya di musim dingin. Aku memang berniat harus bisa main Ski! bukan sekedar mencoba loh! Hokkaido adalah pulau paling utara jepang, dekat perbatasan rusia, daerah paling dingin, dan saljunya paling banyak, empuk dan paling berkualitas untuk pecinta ski. Kalau untuk aku sih, di sana tempat paling romantis, dengan bukit-bukit dan hamparan padang-padang hijau luas membentang (di musim dingin, padang hijau ini menjadi hamparan salju tebal, putih sejauh mata memandang), rumah-rumah mungil yang lucu, ladang-ladang perkebunan, udang, kepiting, rajungan, kerang2 dari pedalaman laut utara yang sangat dingin tersebut. SIngkat kata, Hokkaido adalah tempat paling eksotis di jepang. gak semua orang jepang punya kesempatan ke sana loh, selain jauh juga mahal!!
Pertama kali kesana, aku berombongan dengan puluhan mahasiswa asing menggunakan kapal ferry yang untuk ukuran kita bisa disebut kapal pesiar, saking bagusnya, hehe. Nah, Perjalan kedua kali ini perginya berdua teman, pipoy, tetapi hanya sampai Sapporo, melihat int'l ice festival selama 2 hari. Dari sana kami melanjutkan perjalanan masing-masing sendiri. AKu ke tomamae beberapa hari, kemudian ke Hakodate yang indah dan romantis.
Di sinilah aku pertama kali belajar main ski. Awalnya, para kerabat yang aku kenal di sana, hanya berpendapat aku sekedar mencoba ski, tapi gak nganggep aku sungguh sungguh kepingin menguasai ski! Maklumlah, sebagai anak tropis kaya aku gini, mana mungkin aku menguasai ski dalam hitungan hari. Yang kalo ngeliat salju aja masih noraknya minta ampun, masih lompat2, tidur2an di salju, bahkan masih memakan salju!! Lha wong orang sana aja gak semua bisa main ski, padhal salju bukanlah benda asing buat mereka. Weits mereka salah. salah bgt sudah underestimate ke aku. Karena kemudia mereka dibuat terbengong2 bahkan kewalahan dengan semangatku berlatih ski. Dari pagi sampai siang dan sore, yang ada latihan latihan dan latihan. berkali-kali aku jatuh terjungkal, tapi tetep gak mau nyerah dong. Pernah juga ikut kelas Ski bersama anak-anak balita, hahaha! Gak masalah asalkan bisa main ski!
Padhal itu sebenernya nekat juga ya. Ski itu salah satu olah raga berbahaya yang seringkali nyawa adalah resikonya. Dengan arena yang berbukit-bukit, kadang-kadang belokan yang tajam, jurang kanan kirinya, memang sebenernya ski itu sangat berbahaya. Belum lagi arena yang licin, Baju yang lumayan berat dan sepatu yang super panjang yang sering kali membuat keseimbangan kita limbung. Bahkan belajar Nge-Rem aja bukan perkara yang mudah. Ditambah lagi cuaca burukm, hujan salju yang berat, disertai angin yang kencang. Namun, itu semua tidak akan mematahkan semangat seorang Yulia. Saat cuaca buruk dan tidak ada yang mau menemaniku karena memang berbahaya, senjataku adalah kalimat "Otoosan (=bapak), AKU MAU BISA SKI“. Nah kalo aku sudah ngomong tegas begitu, bahkan bapak angkatku di sana juga tidak berkutik.
Toh, dalam hitungan beberapa hari, aku bisa menguasi ski!! HORE AKU BISA MAIN SKI. Aku bisa adu SKI, dan bisa menang! Horeeee!!!! Hihihi, saking hebohnya, aku sempet diliput stasiun TV Lokal loh. Haha!
Tetap tersenyum, walau Owwwwwwww sakitttt!!!!!
Cuaca buruk sekalipun, tidak menghalangi semangatku!!
Jujur, seringkali aku ngerasa mau nyerah, cuaca yang selalu buruk, angin kencang, hujan salju yang deras. Wuihhhh. Walaupun suhu minus tetap aku banjir keringat, belum lagi sakit dan memar akibat terjatuh berkali-kali. Tapi oh Tapi, Kepuasaan saat aku berhasil melenggak lengkok di arena ski ituloh yang selalu terkenang sampai kapanpun! Perjuangan yang berat sekalipun, terbayar sudah!
Nah dengan begitu, aku boleh dong bilang, Aku tidak gampang menyerah! :)
Tapi bukan mau menonjolkan sisi narsisku, kalo aku cerita panjang lebar gini. Aku malahan mau sharing yang satu ini.
Setelah menjadi seorang ibu, keyakinanku, bahwa aku tidak mudah menyerah, seringkali terombang ambing. Seringkali goyah, khususnya beberapa bulan ini. Di saat anakku, kiya, harus jauh dariku, harus terpisah dari kami. Aku sering kali putus asa, dan ingin menyerah. Ingin menjemput kiya pulang ke jakarta, karena tidak tahan berpisah jauh darinya. Malam-malam dengan air mata kalau sudah teramat kangen, belum lagi aku harus sembunyi sembunyi menyeka mata, kalau di jalan melihat anak balita sepantaran kiya. Masih banyak lagi pengalaman mellow lainnya. Mungkin aku memang cengeng, tapi sangat mungkin sekali inilah naluri seorang ibu! Aku gak peduli, sering kali aku pengen nyerah aja, membawa pulang ke rumah supaya kita semua bisa berkumpul lagi.
Alhamdulillah, walau sering ada keinginan menyerah, toh aku berhasil melewatinya, setidaknya untuk kali ini. Aku berhasil mengalahkan rasa itu!! Sudah 2,5 bulan kiya terpisah dari kami, dan hari minggu kemarin, kiya sudah kembali ke rumah. Kiya sudah berkumpul lagi. Cintaku, rinduku, sudah dalam pelukan eratku!! Tiada terkira rasanya, saat kiya membalas pelukan eratku dengan hujanan cium darinya. Seolah-olah mengatakan Aku kangennnn Mamaaaaaaaaa!!!! Semua perasaan yang seringkali menyelimuti hati, langsung musnah seketika!! Lagi-lagi, keputusan untuk tidak menyerah kali ini, memberikan pengalaman luar biasa.
Pada perjalanan kita sebagai orang tua, khususnya sebagai ibu, seringkali kita dihadapkan situasi yang menantang. Tidak pernah ada istilah Orang Tua Berpengalaman, karena pada hakikatnya setiap anak berbeda, unik dan spesial. Meskipun kita memiliki 6 orang anak atau lebih, tetapi membesarkan setiap anak membutuhkan cara yang berbeda dengan pengalaman yang berbeda-beda. Itulah indahnya menjadi orang tua. Saling mengisi dan saling belajar.
Spesial bagi para ibu, menjalani peran ibu juga sangat sangat istimewa dan berharga. Aku ingat kutipan dari kisah Chicken Soup for Mother Soul. Seorang ibu, Bonnie Compton Hanson berbagi kisah yang sangat indah. Ini kutipannya“Karena bahkan setelah anak-anakku lahir, kami para ibu masih membawa jiwa-jiwa kecil kami yang sangat berharga itu di dekat hati kami. Dan kami akan membawanya sepanjang hidup kami“
Semoga bermanfaat, maaf kalo narsis :P
Yulia- MamaCaca&Kiya